JAKARTA - Paradigma kiblat dan pusat pendidikan
Islam berada di negara-negara Timur Tengah sudah saatnya diubah. Kini,
Indonesia harus menjadi kiblat pendidikan Islam bagi warga dunia.
Hal ini menjadi salah satu visi Kementerian Agama (Kemenag). Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menilai, pendidikan tinggi Islam di Tanah Air dapat menjadi salah satu penghubung paling potensial ke arah tersebut.
"Saat ini beberapa perguruan tinggi Islam telah memiliki mahasiswa asing dengan jumlah yang besar dan dapat menjadi agen penting tentang Islam, serta kajian Islam di Indonesia," ujar Lukman, di Gedung Kemenag, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2015).
Dia menyebutkan, ratusan mahasiswa asing di perguruan tinggi Islam Tanah Air tersebut berasal dari Australia, Amerika, Mesir, Yaman, Maroko, Vatikan, Rusia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan negara lainnya. Jumlah ini, kata Lukman, akan semakin meningkat seiring dengan minat dan kepercayaan internasional yang semakin tinggi terhadap Indonesia yang aman, damai, dan merupakan bangsa Muslim paling demokratis di dunia.
Di sisi lain, guna mewujudkan visi sebagai pusat pendidikan Islam dunia, Kemenag juga gencar mengirim dosen dan civitas akademika ke berbagai universitas ternama di berbagai negara. Dengan begitu, kinerja perguruan tinggi Islam pun diharapkan semakin baik dan unggul. Dia meyakini, para peserta program tersebut akan membawa dampak positif bagi perguruan tinggi Islam.
"Perguruan tinggi Islam Indonesia juga menjadi pusat peradaban Islam. Oleh karena itulah, sangat penting melahirkan sejumlah sarjana yang lulus pendidikan pascasarjana. Apalagi saat ini kita butuh sedikitnya 1.000 doktor setiap tahun," ucapnya.
Lukman menjelaskan, 5.000 calon doktor yang dikirim Kemenag tidak hanya mendalami ilmu Islam tetapi juga berbagai ilmu umum. Dengan demikian, para doktor tersebut dapat memperkaya disiplin keilmuan.
"Program ini tidak hanya untuk menjaga paham Islam saja, tetapi juga sekaligus memberi sumbangsih untuk menghadapi persoalan dunia yang kita hadapi," tuturnya.
Sumber :Okezone.com
Hal ini menjadi salah satu visi Kementerian Agama (Kemenag). Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menilai, pendidikan tinggi Islam di Tanah Air dapat menjadi salah satu penghubung paling potensial ke arah tersebut.
"Saat ini beberapa perguruan tinggi Islam telah memiliki mahasiswa asing dengan jumlah yang besar dan dapat menjadi agen penting tentang Islam, serta kajian Islam di Indonesia," ujar Lukman, di Gedung Kemenag, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2015).
Dia menyebutkan, ratusan mahasiswa asing di perguruan tinggi Islam Tanah Air tersebut berasal dari Australia, Amerika, Mesir, Yaman, Maroko, Vatikan, Rusia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan negara lainnya. Jumlah ini, kata Lukman, akan semakin meningkat seiring dengan minat dan kepercayaan internasional yang semakin tinggi terhadap Indonesia yang aman, damai, dan merupakan bangsa Muslim paling demokratis di dunia.
Di sisi lain, guna mewujudkan visi sebagai pusat pendidikan Islam dunia, Kemenag juga gencar mengirim dosen dan civitas akademika ke berbagai universitas ternama di berbagai negara. Dengan begitu, kinerja perguruan tinggi Islam pun diharapkan semakin baik dan unggul. Dia meyakini, para peserta program tersebut akan membawa dampak positif bagi perguruan tinggi Islam.
"Perguruan tinggi Islam Indonesia juga menjadi pusat peradaban Islam. Oleh karena itulah, sangat penting melahirkan sejumlah sarjana yang lulus pendidikan pascasarjana. Apalagi saat ini kita butuh sedikitnya 1.000 doktor setiap tahun," ucapnya.
Lukman menjelaskan, 5.000 calon doktor yang dikirim Kemenag tidak hanya mendalami ilmu Islam tetapi juga berbagai ilmu umum. Dengan demikian, para doktor tersebut dapat memperkaya disiplin keilmuan.
"Program ini tidak hanya untuk menjaga paham Islam saja, tetapi juga sekaligus memberi sumbangsih untuk menghadapi persoalan dunia yang kita hadapi," tuturnya.
Sumber :Okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar